Welcome to My Blog ^^ Welcome to My Blog ^^ Welcome to My Blog ^^

Selasa, 15 September 2009

Pengingkaran diri dalam kehidupan sehari-hari

Pernahkah Anda melakukan sesuatu yang sebenarnya Anda ketahui bahwa sesuatu yang Anda lakukan merupakan suatu kesalahan atau anda tahu bahwa itu salah tetapi Anda tetap melakukannya bahkan menjadi kebiasaan?. Atau Anda melihat suatu kebenaran tapi tidak mau mengikuti malah bertahan dengan alasan Anda yang nyata-nyata salah, bahkan hati kecil pun mengakui bahwa yang dilakukan adalah salah?. Dan ironisnya kesalahan tersebut dianggap hal biasa hingga menjadi "benar" menurut penilaian sendiri.

Banyak perilaku pengingkaran diri ini yang kelihatannya normal padahal hidupnya penuh dengan topeng-topeng kepalsuan. Agar dilihat bagus dari luar tetapi sebenarnya bobrok didalamnya. Jika diambil contoh akan banyak sekali perilaku seperti itu yang menyusup dalam kehidupan kita namun kita sendiri merasa semua baik-baik saja dan merasa tidak ada yang salah.

Saya ambil contoh di bulan ramadhan ini, Seorang teman yang tidak berpuasa ketika diluar rumah tetapi ketika pulang kerumah pada saat berbuka puasa ikut-ikutan berbuka bersama keluarga seolah-olah dia berpuasa dan pada saat sahur pun demikian ikut-ikutan sahur. Entah karena takut orang tua, istri atau malu sama anak yang jelas dia tidak merasa bersalah dengan perilakunya itu. Ya� saya tidak berhak mencampuri urusan temanku tersebut, cuma seperti itulah contoh kecil pengingkaran diri dan itulah kadang dalam hidup hal-hal semacam ini secara sadar sering kita lakukan seperti berbohong, atau menipu diri untuk menutupi kelemahan atau kesalahan.

Seorang pelajar yang sering membolos tentu mengingkari dirinya dengan pura-pura pergi sekolah tetapi malahan main dan jelas telah membohongi orang tuanya yang menyangka anaknya benar-benar pergi untuk sekolah.

Kita selalu kelihatan ingin tampil baik dan sempurna dalam kehidupan kita, sehingga gaya dari mulai model pakaian hingga rambut pun tidak mau ketinggalan jaman plus kendaraan yang dipakai juga ingin kelihatan keren. Segala cara diupayakan agar bisa tampil gaya, gak perduli harus ngutang, pinjam sana-pinjam sini, cicil sana cicil sini, asal bisa punya motor atau mobil dan penampilan yang wah.. padalahal kita sendiri tahu bahwa kita tidak mampu atau kalaupun mampu sangat terlalu memaksakan diri. Prinsip �bagaimana nanti� telah menjadi kebiasaan kita sehari-hari bukan �nanti bagaimana?�.

Memang tidak ada yang salah dengan semua itu jika benar kita mampu dan tidak mamaksakan diri tetapi jalas akan salah jika semua itu hanya upaya mengingkari keadaan diri yang sebenarnya belum mampu. Akibatnya kita terjerat dengan masa depan yang terbebani akibat ulah kita sendiri.

Seorang pecandu rokok yang bisa menghabiskan minimal 4 bungkus rokok sehari tahu bahwa dia telah menderita kecanduan rokok yang akut karena konsumsi rokok yg berlebihan. Mungkin memang tidak ada aturannya berapa batang rokok yg kita hisap yang membuat seseorang dapat dikatakan kecanduan, tapi kita tahu bahwa hal ini tidak baik, apalagi kalau ternyata pecandu rokok tersebut sebenarnya punya masalah kesehatan dengan paru-parunya yang tidak sehat karena kebiasaan merokoknya tersebut, nah ini sudah termasuk kategori salah. Maaf bukan menyindir para peroko, saya sendiri masih merokok, , Sengaja bikin contoh ini untuk mengingatkan diri saya sendiri bahwasanya ternyata saya juga telah mengingkari diri dengan merokok. Perlu waktu untuk merubah kebiasaan ini atau mungkin saya masih merasa tidak salah dengan merokok ini karena merasa sehat-sehat saja.

Istilah seperti merupakan bentuk pengingkaran diri (self denial) yang berarti proses, cara, perbuatan mengingkari: ~ biasanya dinyatakan dengan kata tidak atau bukan. Hal ini erat kaitannya dengan kebiasaan sehingga apabila dituntut untuk berubah kita menolaknya dengan bentuk pengingkaran diri dan alasan�alasan lain sebagi ajang pembenaran diri. Ujungnya nya kita bertahan dengan kesalahan diri sehingga tak jarang pada akhirnya muncul ungkapan :

�ini lho gue�.
�biarain aja gue udah begini, terserah gue�.
�Gue mau begini atau begitu, urusan gue�
"Suka-suka gue dong�
"peduli amat sama moral yang penting bahagia" dan berbagai pernyataan lainnya.

Jika sudah begini waspadalah bahwa berarti pengingkaran diri sudah melekat bersama ke egiosan dan bahayanya akan sulit menerima masukan yang baik dari orang lain yang sebetulnya adalah untuk kebaikan dirnya sendiri.

Secara naluriah, manusia itu takut menghadapi perubahan apabila sudah terbiasa melakukan suatu kebiasaan. Walaupun mungkin kita sendiri sangat sadar dan tahu bahwa kebiasaan itu belum tentu baik dan benar, bahkan mungkin kita anggap salah, karena tidak sesuai dengan norma dan nilai yang kita anut atau pahami.

Lalu bagaimana cara mengatasinya?

Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan keylock atau kontrol diri yang harus kuat serta diperlukan disiplin tingkat tinggi untuk dapat merubah kebiasaan yang kurang baik tersebut. (Mengenai disiplin ini anda bisa baca di 2 Kunci Sukses Sederhana ) Atau kalau kita tidak sanggup/bisa merubah kebiasaan yg kurang baik itu sendiri, kita perlu bantuan orang lain yang bisa mengingatkan kalau kita salah, harus berubah dan berusaha menjadi lebih baik lagi.

Jika kita melihatnya dari segi Kecerdasan atau Q/quotient, menurut saya semuanya berperan, karena kita tahu bahwa yang kita lakukan itu tidak baik dan butuh perubahan yang signifikan walaupun harus melewati proses yang tidak mudah, karena butuh waktu dan pengorbanan. Tapi apabila kita punya tekad yang kuat dan bisa mengontrol diri untuk berubah atau minimal mengurangi perbuatan/ tindakan kita yang kurang baik tersebut, tanpa kita sadari kita sudah mempunyai keinginan untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya, dan apabila kita sudah merasa sedikit nyaman atau tidak merasa terlalu terbebani dengan target yang hendak kita capai, saya rasa itu sudah mempermudah diri kita sendiri untuk menghadapi perubahan tersebut.

Selamat berubah untuk tidak mengingkari diri.


Sabtu, 12 September 2009

Apakah EQ atau Kecerdasan Emosi itu?

Tulisan ini merupakan lanjutan dari postingan Kisah Dua Orang Pegawai yang telah saya tulis sebelumnya. Hanya merupakan penjelasan saja tentang apa yang disebut kecerdasan Emosional dan bagaimana cara melatihnya sehingga kita bisa berinteraksi dengan lingkungan dan juga masyarakat yang beraneka ragam yang tentunya bertujuan menjadikan kita manusia yang tak hanya hanya pintar secara intelektual (IQ) tetapi cerdas secara emosi (EQ) dan dapat mengelola EQ secara tepat untuk hidup yang lebih baik. Kemampuan mengelola emosi inilah sebenarnya yang jarang kita perhatikan dan kita latih karena sudah menjadi sifat dasar manusia yang cenderung mengedepankan ego, sulit menerima kritik tapi mudah bila mengkritisi orang lain.

Daniel Goleman (1999) mengatakan bahwa EQ merujuk pada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi secara tepat. EQ akan saling melengkapi dengan Kecerdasan Intelegensi (IQ) sebagaimana yang sudah kita kenal. Walaupun demikian, keduanya tidak selalu berjalan secara paralel. Tidak semua individu yang memiliki IQ yang menonjol akan memiliki EQ yang menonjol pula.

Selanjutnya, Goleman juga memberi istilah Kecakapan Emosi, sebagai hasil belajar yang didasarkan pada Kecerdasan Emosi. Kecakapan Emosi sendiri, menurutnya dibagi dalam dua hal: Kecakapan pribadi dan Kecakapan sosial. Kecakapan pribadi akan menentukan bagaimana kita mengatur diri sendiri, dimana hal ini mencakup kesadaran diri (self awareness), pengaturan diri (self regulation), dan motivasi (motivation). Sedangkan Kecakapan sosial sangat berperan ketika kita berhubungan dengan orang lain, diantaranya mencakup empati (emphaty) dan keterampilan sosial (social skill).
Seorang pegawai yang memiliki kecakapan emosi yang menonjol akan memunculkan tingkah laku kerja yang �smart� (cerdas), terutama dalam berhubungan dengan orang lain. Dia akan menyadari posisinya saat ini serta mampu memimpin dirinya sendiri dalam menyelesaikan pekerjaannya, sekalipun pimpinannya tidak ada di tempat. Cara dia menjalin relasi, baik dalam hubungannya dengan pekerjaan maupun pertemanan, menunjukkan cara pengelolaan diri (self management) yang proporsional.

Seorang pemimpin yang memiliki kecakapan emosi proporsional akan mampu �membagi hidup� kepada pengikutnya sebagai model yang efektif untuk menggerakkan roda organisasi atau unit kerja. Kemampuannya memimpin diri sendiri secara tidak langsung menjadi teladan yang efektif bagi pengikutnya untuk menemukan hikmah tentang bagaimana cara pemberdayaan diri yang optimal. Pemimpin yang memiliki kecakapan emosi yang menonjol akan lebih banyak bekerja daripada sekadar memerintah atau sibuk dengan disposisi yang tidak terarah. Pemimpin yang ber-EQ optimal juga mampu mengendalikan diri dengan proporsional dan mementingkan kepentingan staf serta organisasinya.

Para ahli menemukan bahwa sistem pola asuh ternyata banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan kecerdasan emosi seseorang. Di samping itu, faktor kegagalan-kegagalan yang bertubi-tubi juga turut mempengaruhi EQ seseorang. Faktor lingkungan, dimana yang bersangkutan hidup dan berelasi, ternyata sangat memberi warna terhadap kecerdasan emosi seseorang.

Penilaian EQ tentu menjadi satu hal yang menakutkan bagi seorang karyawan setelah dia menyadari bahwa EQ-nya tidak terlalu menonjol. Apalagi ketika tuntutan EQ menjadi fokus utama dalam pemberdayaan karyawan, baik dalam rangka jenjang karier maupun pengembangan pribadi. Namun, satu hal yang paling berbahaya adalah ketika seseorang tidak menyadari bahwa EQ-nya sangat dangkal dan bangga dengan gelar, pengetahuan, atau jabatan yang dimilikinya.

Oleh karena itu, perlu beberapa langkah praktis untuk membangkitkan Kecerdasan Emosi menuju Kecakapan Emosi yang maksimal. EQ tidak ada yang permanen, dalam arti kata dapat diubah (ditingkatkan). Inilah tekad untuk memulai langkah pertama, yakni mengenal kekuatan dan kelemahan diri terutama dalam berhubungan dengan orang lain. Beberapa cara dapat dilakukan, diantaranya dengan meminta feedback (umpan balik) dari orang lain-terutama rekan terdekat-tentang tingkah lakunya selama ini. Tingkah laku yang sudah proporsional dipertahankan dan ditingkatkan, sedangkan yang dirasa kurang dan tidak proporsional sebagai seorang karyawan atau pimpinan tentu harus diubah.

Selanjutnya adalah membiasakan diri berlatih, bertemu, dan berelasi dengan banyak orang dari berbagai latar belakang dan karakter. Kerapkali kita terjebak untuk membina relasi dengan orang-orang yang sepaham, bebas konflik, dan alergi terhadap perbedaan pendapat. Padahal, semakin sering kita berelasi dengan orang lain, maka kita semakin terlatih untuk menyadari siapa diri kita ditengah-tengah lingkungan yang beraneka ragam tsb. Kemudian yang terakhir adalah dengan belajar memimpin diri sendiri sebelum kelak kita memimpin orang lain.


Kamis, 10 September 2009

Kisah Dua Orang Pegawai

Kisah ini saya kutip dari buku Setengah Isi Setengah Kosong karya Parlindungan Marpaung. Bagi yang sudah pernah membaca sekedar hanya mengingatkan saja. Terutama para karyawan atau pegawai kiranya dapat menarik manfaat dari cerita ini. Judulnya aslinya adalah EQ di Tempat Kerja, sengaja saya ganti dengan Judul kisah dua orang pegawai biar mudah diingat saja. Kecerdasan Emosi (Emotional Intelligence=EQ) ini tidak khusus buat karyawan atau pegawai saja. EQ dapat diterapkan di lingkungan mana saja karena intinya adalah tentang hubunga antar manusia. Berikut kisahnya :

Dua orang pegawai, sebut saja Badrun dan Bahrun sama-sama bergabung sebagai pegawai baru di sebuah kantor. Tingkat kecerdasan yang mereka miliki (IQ) relatif sama.

Untuk meningkatkan kompetensi karyawan, kantor tempat mereka bekerja memberi kepada karyawan untuk mengambil kuliah sore. Dalam hal ini, Badrun tampaknya lebih aktif, sedangkan Bahrun-karena kesibukannya-tidak memiliki kesempatan serupa. Akan tetapi, pengetahuan Badrun yang semakin banyak ternyata tidak sebanding dengan caranya membawa diri di tengah lingkungan kerja.

Kerapkali dia sok pintar dan memotong pembicaraan orang tanpa mengenali dulu isi pembicaraan tsb. Tidak hanya itu, banyak keluhan yang muncul dari teman-temannya terhadap sikap Badrun. Hanya karena masalah sepele dia sering menunjukkan raut muka tidak bersahabat, membanting telepon ketika idenya tidak diterima, dsb.

Alhasil, Badrun semakin tidak disenangi oleh pelanggan maupun rekan-rekan pegawai. Sementara si Bahrun, yang notabene tidak memperoleh tambahan pengetahuan untuk mengembangkan diri ternyata memiliki tingkah laku yang berbeda dalam membina relasi. Dia lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Baginya, teman-teman kerja dan atasan adalah orang yang harus didengarkan serta dilayani sungguh-sungguh. Bahkan, di hadapan rekan-rekan kerja dan pimpinannya dia memosisikan diri sebagai pelayan.

Bahrun tahu bagaimana membagi waktu yang proporsional antara kepentingan pribadi dan kepentingan perusahaan. Ketika dia memegang dana anggaran belanja di kantor, dia mampu membuat pos tersendiri agar tidak berbaur dengan uang pribadinya. Di tengah-tengah unit kerjanya dia adalah smart people � pegawai yang disenangi. Alhasil, dalam waktu yang tidak terlalu lama Bahrun telah dipromosikan menjadi salah satu pejabat dilingkungan perusahaannya, mendahului rekan seangkatannya, Badrun.

Ilustrasi di atas kiranya dapat menunjukkan bahwa Kecerdasan Emosi (Emotional Intelligence=EQ) Bahrun lebih menonjol dibandingkan Badrun. Dan tak dapat dipungkiri bahwa kemampuan mengelola emosi jelas merupakan hal yang mutlak diperlukan dalam membina hubungan antar sesama manusia karena penilaian sikap dan perilaku kita bukan dinilai oleh diri sendiri tetapi kita dinilai oleh orang lain.

Mengenai penjelasan tentang EQ ini akan saya tulis pada postingan selanjutnya.


Selasa, 08 September 2009

The Power Within (Kekuatan didalam diri Anda)


You are stronger then you think,
Remember to stand tall.
Every challenge in your live help you to grown.
Every problem have you encounter,
Strengthens your mind and your soul.
Every trouble your overcome.
Increases your understanding of live.
When all your trouble weigt heavily on your shoulders,
Remember that beneath the burder you can stand tall,
Because you are never given more than you can handle�
And you are stronger than you think.



Lisa wroble



Kekuatan didalam diri Anda

Anda lebih kuat dari apa yang Anda pikirkan,
Ingatlah untuk berdiri tegak.
Setiap tantangan dalam hidup ini menolong Anda
Untuk bertumbuh.
Setiap masalah yang engkau hadapi,
Akan memperkuat pikiran dan jiwa Anda.
Setiap masalah yang mampu Anda atasi,
Memberikan pengertian yang lebih kepada
Anda mengenai arti hidup ini.
Ketika semua beban hidup menggelayut berat dibahu Anda,
Ingatlah bahwa dibawah beban yang berat itu
Anda tetap dapat berdiri tegak,
Karena Anda tak akan pernah diberi beban yang lebih berat
Dari pada yang mampu Anda atasi..
Dan Anda lebih kuat dari apa yang Anda pikirkan.

Source image : thesecretofreiki.com

Senin, 07 September 2009

Saat Kalian Tertidur�..

Malam kemarin menjelang tidur, sengaja saya pandangi istri dan anak saat mereka tertidur. Biasanya mereka tertidur lebih dulu dan saya belakangan setelah nonton TV atau internetan. Saya sering melakukan ini, memandangi wajah-wajah polos istri dan anak saat mereka tertidur. Ada perasan lain yang selalu muncul, rasa sayang yang dalam mengalir dalam hati kita. Dorongan energi cinta yang mengalir selalu saya jadikan energi positif sebagai pembangkit semangat dan motivasi diri.

Sahabat, pernahkah Anda menatap orang-orang terdekat anda saat ia tidur? kalau belum, cobalah sekali saja menatap mereka saat sedang tidur. Saat itu yang tampak adalah ekspresi paling wajar dan paling jujur dari seseorang.

Seorang artis yang ketika di panggung begitu cantik dan gemerlap pun bisa jadi akan tampak polos dan jauh berbeda jika ia sedang tidur. Orang paling kejam di dunia pun jika tidur, sudah tak akan tampak wajah bengisnya.

Perhatikanlah ayah anda saat beliau sedang tidur. Sadarilah, betapa badan yang dulu kekar dan gagah itu kini semakin tua dan ringkih, betapa rambut-rambut putih mulai menghiasi kepalanya, betapa kerut merut mulai terpahat di wajahnya.Orang inilah yang rela melakukan apa saja asal perut kita kenyang dan pendidikan kita lancar.

Sekarang, beralihlah ke ibu anda. Hmm....kulitnya mulai keriput dan tangan yang dulu halus membelai - belai tubuh bayi kita itu kini kasar karena terpaan hidup yang keras. Orang inilah yang tiap hari mengurus kebutuhan kita. Orang inilah yang paling rajin mengingatkan dan mengomelin kita, semata-mata karena rasa kasih dan sayangnya itu sering kita salah artikan.

Cobalah menatap wajah orang-orang tercinta itu....ayah, ibu, suami, istri, kakak, adik, anak, sahabat...semuanya orang - orang yang tercinta. Rasakan energi cinta yang mengalir pelan-pelan saat menatap wajah lugu yang terlelap itu. Rasakan getaran cinta yang mengalir deras ketika mengingat betapa banyaknya pengorbanan yang telah di lakukan orang - orang itu untuk kebahagiaan anda. Pengorbanan yang kadang tertutupi oleh kesalah pahaman kecil yang entah kenapa selalu saja nampak besar.

Secara ajaib Tuhan mengatur agar pengorbanan itu bisa tampak lagi melalui wajah- wajah jujur mereka saat sedang tidur. Pengorbanan yang kadang melelahkan namun enggan mereka ungkapkan. Dan ekspresi wajah ketika tidur pun mengungkapkan segalanya, tanpa kata, tanpa suara dia berkata : " Betapa lelahnya aku hari ini" dan menyebab lelah itu ?.......juga untuk siapa dia berlelah - lelah?

Tak lain adalah suami yang bekerja keras mencari nafkah dan istri yang bekerja mengurus, mendidik juga mengurus rumah. Kakak, adik, anak, dan sahabat yang telah melewatkan hari - hari suka dan duka bersama kita.

Renungan untuk kita semua.....

Resapilah kenangan manis dan pahit yang pernah terjadi dengan menatap wajah - wajah mereka.....rasakan betapa kebahagian dan keharuan seketika membuncah jika mengingat itu semua........... bayangkan apa yang akan terjadi jika esok hari mereka "orang - orang terkasih itu tak membuka matanya.....selamanya!"


Jumat, 04 September 2009

Sukses Dimulai Dengan Keharusan

Saya yakin hampir semua orang memiliki tujuan untuk mempunyai uang yang banyak. Namun, walau mereka semua menginginkan itu, mengapa mereka belum juga mendapatkanya? Jawaban yang sederhana adalah karena apa yang mereka inginkan bukan merupakan sesuatu �keharusan� (MUST), melainkan hanya sebuah keinginan (WISH). Sang Juara sangat mengerti bahwa jika ia menginginkan sesuatu, hal tersebut harus dilakukan dengan cara berpikir HARUS (MUST). Dengan cara berpikir seperti ini, ia tidak mempunyai pilihan lain selain mencapai apa yang diinginkannya. Dengan dorongan KEHARUSAN, pikiran akan menggunakan cara berpikir yang berbeda untuk mencapainya. Dengan cara berpikir HARUS, ia akan mencari segala macam cara untuk mengambil apapun tindakan untuk mencapainya. Seringkali KEHARUSAN inilah yang dapat membangkitkan �raksasa� yang besar dalam diri kita. Mulailah saat ini juga untuk serius terhadap apa yang menjadi cita-cita Anda, pastikan bahwa Anda HARUS mencapainya tidak ada pilihan yang lain.

Ketika kita ingin menyelesaikan suatu pekerjaan, kadang-kadang ada saja rintangan atau hambatan yang seringkali mengganggu tahap penyelesaian suatu pekerjaan. Sebagai contoh, setelah beberapa bulan ngeblog, pada bulan maret 2009 saya lihat kok postingan saya hanya 4 artikel / bulan sangat sedikit sekali hingga saya membuat suatu deadline sendiri dimana Saya ingin sekali rutin minimal 2 kali dalam seminggu HARUS posting diblog ini, tapi kadang situasi tak mendukung karena suatu hal, pernah mengalami kerusakan akibat komputer tidak dapat mengakses windows, atau akibat virus yang mengakibatkan data hilang hingga harus di install ulang, pekerjaan offline yang juga turut menyita waktu, dan lain sebagainya sehingga saya merassa bahwa posting yang rencananya harus dilakukan minimal 2 kali seminggu tidak akan bisa terwujud.

Namun setelah saya pikir bahwa semuanya merupakan suatu KEHARUSAN dengan memberikan sedikit suntikan Motivasi pada diri bahwa bahwa jika saya tidak melakukan ini, maka blog ini tidak kaya akan konten sedangkan Google Loves Content. Sungguh akan merasa tidak nyaman jika blog saya miskin konten. Meskipun jika dibandingakan dengan master yang lain sangatlah jauh karena mereka dapat memposting setidaknya 1 artikel perhari bahkan ada yang sampai 5 artikle perhari tetapi setidaknya target ini yang harus saya capai mengingat masih membagi waktu dengan pekerjaan Offline. Komitmen saya untuk menantang diri saya sendiri membuat saya setiap hari memikirkan dan mengambil tindakan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan ini. Akhirnya dengan komitmen semacam itu, saya bisa posting minimal seminggu 2 kali dan sebulan berarti 8 kali posting tidak boleh kurang, hasilnya setelah saya evaluasi, target tersebut terpenuhi.

Itu sekedar contoh kecil saja, pada setiap pekerjaan lainpun mungkin tidak akan jauh berbeda dan akan berhasil jika Anda Menerapkan prinsip HARUS. Jika kita serius untuk menyelesaikan sesuatu, berkomitmenlah dan buatlah keputusan yang tidak dapat Anda tarik lagi.


Rabu, 02 September 2009

Gempa Bumi Tasikmalaya dan Introspeksi Diri


Mungkin Anda bertanya, apa hubungannya gempa bumi dengan introspeksi diri? Kalau kita anggap Gempa Bumi yang terjadi kemarin berskala 7.3 SR dan diperkirakan terjadi 142 km barat daya Tasikmalaya pada pukul 14:55 WIB dimana guncangannya terasa hampir keseluruh bumi Jawa Barat ini, tak terkecuali, dari Jakarta sampai Jogja, bila kita anggap sebagai kejadian alam biasa, itu memang benar karena wilayah Indonesia khususnya Secara geologik, pulau Jawa merupakan kawasan episentrum gempa bumi karena dilintasi oleh patahan kerak bumi lanjutan patahan kerak bumi dari pulau Sumatera, yang berada dilepas pantai selatan pulau Jawa. Posisi Indonesia yang terletak di antara pertemuan tiga lempeng bumi yang besar yaitu Eurasia, Samudra Pasifik, dan Indo-Australia membuat perairan laut di sekitar kita sering mengalami gempa bumi dan kita akan selalu dituntut siap mengadapi bencana ini.

Tetapi jika kita lihat dari sisi masyarakat secara umum, ketika kemarin pada saat kejadian gempa masih mengguncang bumi, semua orang berhamburan keluar, mencari tempat yang agak luas atau lapangan, karena takut rumah-rumah roboh. Saat itu saya berada di Purwakarta bersama penduduk desa, terasa aroma mencekam, bagaimana tidak, banyak ibu-ibu yang membawa anak kecil dan para orang tua yang sudah lanjut usia berhamburan keluar rumah sambil tak henti-hentinya berzikir, menyebut dan mengagungkan Nama Allah, terlihat jelas raut kepanikan di wajah mereka, Cuma ada kejadian yang sempat membuat saya sedikit geli melihat seorang pemuda yang saya kenal sebagi preman dikampung itu, yang setahu saya anti-agama dan anti segala hal yang berbau religius. Apa dinyana, ketika gempa terjadi ia pun keluar bersama penduduk lainnya, dan mulutnya bezikir juga Ya Alah, Allahu Akbar! Ternyata takut juga ya.

Hingga ketika gempa mulai mereda, saat dirasa semuanya tenang, mungkin disitulah semua berpikir tentang sebuah kekuatan Yang Maha Besar, tak seorangpun yang bisa menghentikan kekuatan besar seperti itu dan kita ternyata masih sangat kecil dan tak berarti apa-apa dibandingkan dengan kekuatannya. Hatipun mengakui Maha Besar Allah.

Gempa bumi dan berbagai kejadian alam hanyalah cara atau alat saja bagi Allah, mungkin untuk mengingatkan kita di bulan suci Ramadahan ini. Bukan niat saya menghubung-hubungkan kejadian ini dengan suatu kepercayaan suatu agama, hanya kalau boleh sedikit memberikan opini dari orang yang sedikit ilmu ini, adakah orangnya yang tidak takut akan datang suatu musibah bahkan kematian? Saya yakin siapapun orangnya dan meskipun seorang yang tidak percaya akan Tuhan sekalipun, mereka akan takut dan khawatir jika terjadi musibah atau kematian. Sedangkan musibah dan kematian disetiap agama manapun hanya Tuhanlah yang menentukan. Setiap orang khawatir akan keselamatan keluarganya, mungkin beruntunglah bagi kita yang selamat dari gempa bumi ini, tapi bagaimana dengan mereka yang rumahnya rusak bahkan ditinggal mati orang yang dicintainya?

Sudah sewajarnya jika kita mentafakuri kejadian ini dan merenungkannya sebagi bahan introspeksi kedalam hati kita sejauh mana amal ibadah kita selama ini, Bahwasanya tak ada kekuatan yang lebih besar selain Allah, manusia sungguh sangat begitu kecilnya jika dihadapkan pada kekeuatan alam seperti itu. Coba saja kita bayangkan bagaimana jika gempa itu terus memerus tidak berhenti? Mungkin kerusakan dan musibah yang lebih besar terjadi. Sanggupkah kita bertahan dari guncangan yang terus menerus hingga menghancurkan segala yang ada?

Berkaca dari kejadian kemarin, memang sudah selayaknya kita tetap selalu mengingat Allah SWT dimanapun dan kapankun kita berada karena yang namanya musibah seperti gempa bumi bahkam musibah lain, ternyata selalu terjadi secara tiba-tiba tanpa peringatan terlebih dahulu dan hingga saat ini belum ada metode pendugaan secara akurat akan terjadinya gempa bumi.

Marilah kita bersama-sama memaknai kejadian ini untuk kita hidup menjadi lebih baik lagi dalam setiap rangkaian kerja dan doa yang kita lakukan sehari-hari sebagai ibadah kita hanya kepadaNya. Ingatlah bahwa kejadian ini sakali lagi bisa terjadi secara tiba-tiba. Saya pribadi mendoakan saudara-saudara kita yang meninggal semoga amal ibadahnya di terima di sisi Allah SWT dan bagi yang ditinggal atau pun yang kehilangan rumah semoga diberikan kesabaran. Amin.